Bu Enung
KAS & SURAT-SURAT BERHARGA
Ø Kas adalah segala sesuatu baik yang berbentuk uang atau bukan yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.
Ø Cash in hand, uang logam dan uang kertas
Cash in Bank, rekening giro, tabungan, dll
Penilaian dan Pelaporan Kas
Ø Kas dinilai dan dilaporkan dalam neraca pada nilai nominalnya seperti pencairan giro pada tanggal yang telah ditetapkan
Pengendalian Kas
Ø Hal2 yang perlu diperhatikan pada waktu mengelola kas:
- Cash Flow Planning
- Cash Receipt Control
- Cash Disbursment Control
- Rekonsiliasi Bank
- Penerapan sistem dana tetap untuk kas kecil
Perencanaan Arus Kas
Ø Manajemen perusahaan perlu melakukan perencanaan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas. Termasuk didalamnya merencanakan sumber2 penerimaan yang bisa diperoleh jika pada suatu saat mengalami kekurangan kas dan merencanakan pemanfaatannya jika mengalami kelebihan kas
Ø Cash Budget merupakan anggaran kas yang dapat digunakan sebagai alat pengendali penerimaan dan pengeluaran kas. Cash budget ini akan dibandingkan dengan realisasinya, jika terdapat perbedaan atau penyimpangan yang cukup signifikan maka manajemen dapat melakukan tindakan2 perbaikan.
Pengendalian Penerimaan & Pengeluaran Kas
Ø Prosedur penerimaan kas yang perlu diperhatikan agar dapat diminimalisir terjadinya kesalahan dalam pencatatan atau kecurangan:
- Adanya pemisahan fungsi antar orang yang menyimpan, yang menerima dan yang mencatat penerimaan uang. Jika perusahaan tsb kecil dan tidak dapat dilakukan pemisahan fungsi maka ketiga fungsi dapat dirangkap oleh pemilik perusahaan
- Setiap penerimaan uang langsung disetor ke Bank sebagaimana adanya
Ø Prosedur pengeluaran kas yang perlu diperhatikan:
- Semua pengeluaran dilakukan dengan check. Pengeluaran dalam jumlah kecil melalui dana kas kecil
- Semua pengeluaran kas harus memperoleh persetujuan dari yang berwenang terlebih dahulu
- Adanya pemisahan tugas antara yang berhak menyetujui pengeluaran kas, yang menyimpan uang kas dan melakukan pengeluaran serta yang mencatat pengeluaran kas
Sistem Voucher
Ø Salah satu prosedur yang dapat digunakan untuk mengendalikan pengeluaran kas adalah sistem voucher, dimana dalam sistem ini diperlukan dokumen intern yang disebut voucher dan jurnal khusus yang disebut buku voucher (voucher register) dan buku check keluar (Check register)
Voucher
Ø Setiap pembelian barang dan jasa secara tunai dan kredit yang pada akhirnya harus diselesaikan dengan pengeluaran uang dibuatkan dokumen intern yang disebut voucher.
Ø Dokumen yang diterima dari pihak luar, seperti faktur atau kuitansi dilampirkan dalam voucher sebagai bukti pendukung.
Ø Buku Voucher
Dalam sistem voucher, semua transaksi pembelian baik tunai maupun kredit terlebih dahulu dicatat sebagai hutang voucher (voucher payable)
Contoh:
Biaya pengiriman Rp 115.000
Hutang voucher Rp 115.000
· Setelah dibuatkan voucher, setiap transaksi dicatat dalam buku voucher.
· Dalam buku voucher, kolom kredit diisi dengan akun hutang voucher dan kolom debit diisi dengan berbagai akun tergantung pada kebutuhan perusahaan dan juga disediakan kolom serba serbi di debit untuk nama akun yang tidak ada.
· Arsip Voucher Belum Dibayar
Setelah dicatat dalam buku voucher, berikutnya menyimpan voucher yang bersangkutan dalam arsip voucher belum dibayar.
Dalam arsip ini, voucher disimpan menurut tanggal pembayaran, pada saat harus dibayar voucher diambil dari arsip untuk dibuatkan check.
Jumlah dari voucher2 yang terdapat dalam arsip voucher belum dibayar harus sama dengan jumlah voucher2 dalam buku voucher yang kolom ‘Pembayaran’ nya belum diisi. Jumlah ini merupakan hutang voucher pada saat tertentu.
· Buku Check Keluar
Pada saat harus dibayar, voucher diambil dari arsip voucher belum dibayar untuk dibuatkan check.
Pada saat ini, kolom ‘pembayaran’ dari buku voucher diisi dengan tanggal dan nomor check yang dikeluarkan.
Check yang dikeluarkan perusahaan dicatat dalam buku check keluar
Buku check keluar, pada hakekatnya merupakan jurnal khusus yang digunakan utk mencatat semua pelunasan hutang voucher yang dilakukan dengan menggunakan check, dengan jurnal:
Hutang voucher Rp 115.000
Bank Rp 115.000
Setiap akhir bulan kesamaan antara jumlah debit dan jumlah kredit dalam buku check keluar harus diperiksa kebenarannya.
Bisa juga jumlah yang dibayarkan lebih kecil dari hutang voucher yang harus dilunasi, karena perusahaan mengambil potongan pembelian yang ditawarkan, dengan jurnal:
Hutang voucher Rp 100.000
Potongan pembelian Rp 2000
Bank Rp 98.000
· Arsip Voucher telah dibayar
Setelah dibayar, voucher dan dokumen2 pendukungnya dicap “LUNAS” lalu disimpan dalam arsip ‘ voucher telah dibayar’
Arsip ini terpisah dengan arsip ‘voucher belum dibayar’
· Pemindahbukuan ke buku besar
Pemindahbukuan dari buku voucher dan bk check keluar ke perkiraan2 yang bersangkutan di bk besar tidak berbeda dengan bku pembelian dan buku pengeluaran kas
Total dari kolom2 khusus yang terdapat dalam bk voucher maupun bk check keluar dipindahkan ke perkiraan masing2 di buku besar.
Bank Reconciliation
· Alasan ??? Perlu karena adanya ketidaksaamaan antara saldo buku dg saldo bank, terjadi karena:
1. Keterlambatan salah satu pihak (bank atau perusahaan) dalam mencatat suatu transaksi.
2. Kesalahan yang dibuat oleh salah satu pihak dalam mencatat suatu transaksi.
Saldo Buku
ü Merupakan saldo perkiraan bank di buku besar perusahaan
ü Dihitung setelah pemindahan dari buku penerimaan bank dan buku check keluar selesai dilakukan
ü Buku penerimaan bank, pada hakekatnya sama dengan buku penerimaan kas
Saldo Bank
ü Diperoleh dari laporan rekening koran (bank statement) yang dikirim Bank ke perusahaan.
ü Contoh:Saldo rekening PT X pada tanggal 31 Januari 2010, menurut catatan bank adalah Rp 515.000. Saldo perkiraan bank menurut catatan perusahaan adalah Rp 635000. Adanya perbedaan ini kemudian dilakukan rekonsiliasi bank (bank reconciliation).
Bank Negara Indonesia
1/1/10 Saldo awal Rp 500.000
31/1/10 Buku check keluar Rp 12.650.000
31/1/10 Buku penerimaan bank Rp 12.785.000
SALDO Rp 635.000
Prosedur Rekonsiliasi
§ Dilakukan dengan cara:
1. Mencocokkan setiap setoran yang terdapat dalam buku penerimaan bank dengan setiap ayat jurnal kredit dalam laporan rekening koran
2. Mencocokkan setiap pengeluaran uang yang terdapat dalam buku check keluar dengan setiap ayat jurnal debit dalam laporan rekening koran
§ Dari perbedaan tadi maka diketemukan:
1. Setoran pada tanggal 31 Jan’10 sebesar Rp 785000 di buku penerimaan bank (slip no.39) belum terdapat dalam ayat jurnal kredit di laporan rekening koran.
2. Ayat jurnal kredit sebesar Rp 650000 yang dicatat pada tanggal 28 Desember 2010 di laporan rekening koran belum terdapat di buku penerimaan bank. Jumlah ini adalah kiriman uang dari langganan melalui transfer bank untuk melunasi hutangnya.
3. Ayat jurnal kredit sebesar Rp 12500 yang dicatat pada tanggal 31 Jan’10 di laporan rekening koran belum terdapat di buku penerimaan bank. Jumlah ini merupakan jasa giro yang diberikan bank.
4. Check No. 1202 dicatat sebesar Rp 1245000 di buku check keluar sedang di laporan rekening koran tertulis Rp 1254000. Selisih ini disebabkan karena perusahaan salah mencatat karena yang benar adalah RP 1254000.
5. Check2 yang telah dicatat dalam buku check keluar tapi belum muncul dalam laporan rekening koran adalah:
No. Check Jumlah
1208 350000
1209 200000
550000
Check-check tersebut masih beredar diluar
6. Ayat jurnal debit sebesar Rp 529500 yang terdapat dalam laporan rekening koran tidak terdapat dalam buku check keluar. Hal ini ternyata kesalahan bank yang salah membebankan yang seharusnya dibebankan kepada rekening PT XX tapi salah dibukukan ke rekening PT X.
7. Ayat jurnal debit sebesar Rp 9000 yang dicatat dalam laporan rekening koran tgl 31 Jan’10 belum terdapat dalam buku check keluar. Ternyata ini adalah biaya administrasi yang dibebankan bank.
PT X
Rekonsiliasi BNI
31 Jan’10
I. A. Saldo menurut perkiraan Bank di buku besar perusahaan (saldo buku): Rp 635.000
B. Transaksi2 penerimaan yg telah dicatat oleh bank tp blm dicatat prs:
1. Transfer uang yg dikirim lgs ke bank oleh langganan untu kmelunasi hutangnya (Rekonsiliasi No.2) Rp 650.000
2. Jasa giro yg telah dihitung & dicatat bank (Rekonsiliasi No.3) Rp 12.500
C. Transaksi2 pengeluaran yg telah dicatat oleh bank tp belum dicatat oleh prs:
3. Biaya administrasi bank (Rekonsiliasi No. 7) (Rp 9.000)
D. Kesalahan pencatatan oleh perusahaan:
4. Check no. 1202 sejumlah Rp 1.254.000 untuk pembelian barang dagang yg dicatat sebesar Rp 1.245.000 (Rekonsiliasi No. 4) (Rp 9.000)
E. Saldo disesuaikan 1.279.500
II. A. Saldo menurut laporan rekening koran
(saldo bank): Rp 515.000
B. Transaksi2 penerimaan yg telah dicatat prs tp belum dicatat oleh bank:
1. Setoran yg belum dibukukan oleh bank
(Rekonsiliasi No. 1) Rp 785.000
C. Transaksi2 pengeluaran yg telah dicatat oleh prs tp belum dicatat oleh bank:
2. Check2 yg masih beredar (Rekonsiliasi No. 5) (Rp 550.000)
D. Kesalahan pencatatan oleh Bank:
Check PT XX yang salah dibebankan ke PT X (Rekonsiliasi No. 6) Rp 529.500
E. Saldo disesuaikan Rp 1.279.500
Jurnal Penyesuaian
— Bank Rp 644.500
Biaya bank Rp 9.000
Pembelian Rp 9.000
Pendapatan jasa giro Rp 12.500
Piutang dagang Rp 650.000
— AJP ini dibuat khusus untuk menyesuaikan perkiraan bank pada catatan perusahaan.
Penyebab perbedaan antara catatan perusahaan dan rekening Koran
- Setoran dalam proses atau setoran dalam peredaran (Deposit in transit) artinya perusahaan telah mencatat setoran tapi bank belum mencatat setoran tsb
- Cek yang beredar (Out standing check) artinya cek atau bilyet giro yang dikeluarkan perusahaan telah dicatat oleh perusahaan tapi cek atau bilyet giro tsb belum diuangkan oleh pemegangnya sehingga belum dicatat oleh bank
- Bank telah berhasil menagih piutang perusahaan (nasabah), hasil tagihan ini telah menambah saldo simpanan perusahaan tapi perusahaan belum mencatat hasil penagihan tsb
- Perusahaan (nasabah) dikenakan beban oleh bank, tapi beban ini belum dilaporkan ke perusahaan (nasabah) sehingga beban tsb belum dicatat oleh perusahaan
- Perusahaan (nasabah) memperoleh jasa giro dari bank tapi jasa giro ini belum dicatat oleh perusahaan (nasabah)
- Perusahaan telah melakukan penyetoran dg menggunakan cek atau bilyet giro tapi cek atau bilyet giro tsb ditolak oleh bank karena danyanya tidak cukup (cek kosong/not sufficient funds) ttg penolakan ini belum dilaporkan ke perusahaan
- Kesalahan mencatat baik yang dilakukan oleh bank maupun oleh perusahaan (nasabah).
Dana Kas Kecil (Petty Cash)
— Imprest Fund Method
1. Pembentukkan dana kas kecil:
01 Jan’10 Kas kecil Rp 1.000.000
Bank Rp 1.000.000
2. Pengeluaran kas kecil dicatat dalam bukti pengeluaran kas kecil dan buku kas kecil tapi tidak dibuat jurnal
3. Pengisian kembali.
10 Jan’10 Transport Rp 100.000
ATK Rp 100.000
Keperluan kantor Rp 100.000
Mamin Rp 400.000
Bank Rp 700.000
Surat2 Berharga
— Adalah saham, obligasi dan surat2 berharga lainnya yang dimiliki perusahaan dalam rangka penanaman sementara untuk memanfaatkan dana selama tidak digunakan
— Sifat dari surat berharga agar dapat diklasifikasikan sebagai penanaman sementara:
1. Mempunyai pasar, sehingga dapat diperjualbelikan dengan segera.
2. Pemilikannya dilakukan dengan maksud utk dijual kembali dalam waktu dekat, jika terdapat kebutuhan dana utk kegiatan umum perusahaan.
3. Pemilikannya dilakukan tidak dengan maksud utk menguasai perusahaan lain
Perolehan
— Harga perolehan surat berharga adalah meliputi harga beli dan biaya2 lain yang terjadi dalam transaksi spt komisi makelar
— Contoh:
Tanggal 20 Maret ‘09 PT X membeli 1000 lembar saham PT Y dengan harga Rp 5000 per lembar. Komisi makelar yang dibebankan adalah 1 %. Jurnal yang dibuat:
Surat2 Berharga Rp 5.050.000*
Bank Rp 5.050.000
* Harga beli saham: 1000 lembar x Rp 5.000 = Rp 5.000.000
Komisi makelar (1%): 1% x Rp 5000.000 = Rp 50.000
Total harga perolehan Rp 5.050.000
Penjualan
— Tgl 25 Maret’09 PT X menjual 1000 lembar saham PT Y dengan harga Rp 5.500 per lembar. Untuk penjualan ini dibebani komisi makelar sebesar 1 %. Jurnal yang dibuat:
Bank Rp 5.445.000
Surat2 berharga Rp 5.000.000
Gain on disposal Rp 445.000
Penerimaan kas (bank) dihitung dari:
Harga jual saham: 1000 lembar x Rp 5.500 = Rp 5.500.000
Komisi makelar (1%) = (Rp 55.000)
Hasil yg diterima = Rp 5.445.000
Penerimaan Dividen
— Jika sebelum surat2 berharga dijual, perusahaan menerima dividen, maka dividen tsb dicatat sebagai pendapatan.
— Misal dari contoh di atas, pada tanggal 01 Maret’09 PT Y memutuskan untuk memberikan dividen sebesar Rp 100 per lembar saham, maka jurnal yang dibuat:
Bank Rp 100.000
Pendapatan dividen Rp 100.000
Jurnal Penyesuaian
— Surat2 berharga dinilai pada harga perolehannya atau pada harga yang terendah antara harga pokok dan harga pasar.
— Penilaian pada harga terendah antara harga pokok dan harga pasar, mengharuskan adanya jurnal penyesuaian jika harga pasar lebih rendah dibandingkan dengan harga pokok.
— Misal: pada tanggal 31 Desember 2009, harga saham PT Y di bursa turun menjadi Rp 4.900. Ini menunjukkan bahwa jika saham PT Y dijual pada tanggal ini, hasil yang diperoleh:
Harga jual saham: 1000 lembar x Rp 4.900 = Rp 4.900.000
Komisi makelar (1%) = Rp 49.000
Hasil yang diterima Rp 4. 851.000
— Jika dibandingkan dengan harga perolehan, angka ini menunjukkan adanya kemungkinan rugi sebesar Rp 199.000. Kemungkinan rugi ini dibebankan pada rugi laba tahun berjalan. AJP yang dibuat,jika surat berharga ini belum dijual, adalah sbb:
Loss on disposal of Marketables Securities Rp 199.000
Surat2 Berharga Rp 199.000
— Disamping langsung dikreditkan ke perkiraan surat2 berharga, kerugian karena penurunan harga juga dapat dikreditkan ke perkiraan yang diberi nama: PENYISIHAN UNTUK PENURUNAN NILAI SURAT BERHARGA
— Dengan adanya AJP ini, surat2 berharga akan dilaporkan di neraca dengan nilai pasar yaitu sebesar Rp 4.851.000
— Jika pada tanggal neraca harga pasar lebih tinggi daripada harga pokok, maka AJP di atas tidak perlu dibuat. Di neraca surat2 berharga tetap dilaporkan pada harga pokoknya.
0 komentar:
Posting Komentar